Dulu jauh sebelum aku menikah,
aku kira menikah itu soal sederhana. Ada yang naksir , lalu kita juga naksir hahaha. Langsunglah menuju pelaminan, Namun, perkara menemukan jodoh itu tidak
semudah apa yang ada dalam adegan ftv, tabrakan lalu buku berjatuhan tumbuhlah
cinta dan datanglah pernikahan. Sungguh aku sempat berada pada posisi Jomblo ,
jadi tulisan ini bukan untuk membuat para jomblo sakit hati. Lalu tergabunglah
satu cerpenku dalam antologi BUKAN LAJANG DESPERADO pada tahun 2013.
Tulisan itu pun yang menjadi salah satu hadiah pernikahan
untuk suamiku, yang juga kami menikah pada tahun 2013 setelah aku menyelesaikan
satu cerpen tersebut. Itu artinya tepat tanggal 16 Agustus 2017 ini usia
pernikahan kami menginjak usia ke 4.
Alhamdulillah wa syukurillah, Allah masih
mengizinkan kami beribadah dalam sebuah
ikatan pernikahan. Hal tersebut adalah karunia terindah dalam kehidupan
kami, darinya aku telah banyak banyak
belajar tentang menghargai, mencintai, mensyukuri apapun yang telah kami
terima. Yang pasti karunia Allah itu tak a da yang kecil bagi kami, semua
begitu besar .
Pada moment ini aku ingin berbagi , dan mengikat nasehat untuk diri sendiri.
Kelak, jangan sekali-kali membandingkan kehidupan dalam rumah tangga kita
dengan rumah tangga sebelah, atau sebelahnya. Karena hal itu tak akan pernah ada habisnya, dan
akan membuat kita semakin mengerdilkan setiap pemberian Allah pada kita. Rizki
apapun bentuknya dalam sebuah rumah tangga tak akan tertukar dengan sang
tetangga. Semua bahagia adalah titipan, lalu tak perlu mengolok kegundahan
orang lain. Pun sama, kesedihan adalah sebuah pelajaran untuk mensyukuri setiap
kebaikan yang pernah kita terima dalam kehidupan.
Mari belajar untuk tidak melihat
kelebihan-kelebihan yang sifatnya dunia, karena itu akan membuatmu lupa bahwa
kau sebenarnya bahagia. Kita sama-sama tahu bukan? sumber kebahagiaan itu tak
harus sama. Jika ada yang belum tercapai, bukan berarti kita kalah bukan? Karena
kita tidak sedang berada di area perlombaan antar anggota pasangan pernikahan
se RT maupun se Facebook. kwkwkw.
Untuk ke empat orang tua kami
terimakasih telah merestui pernikahan kami, menghujaninya dengan doa dan
keridhaan. Hingga kami mampu menjalani setiap ujian yang Allah berikan. Untuk
guru-guru kami terimakasih atas nasehat dan doa yang tak pernah putus.
Suamiku, ya saat ini untukmu.
Terimakasih berulang kali kuhaturkan, jikapun bisa pasti akan aku ucapkan dalam
setiap tarikan nafasku. Terimakasih telah menjadi kan aku rekan beribadamu
dalam bab pernikahan. Benar apa yang Mas sampaikan, nikah itu salah satu bentuk
ibadah, akan ada banyak pahala di dalamnya. Perjalanan kita selama ini semoga menjadi salah satu bentuk ibadah
kita, ruang belajar untuk kita berdua, belajar apapun.
Maturnuwun telah menjadi suami, guru, sahabat
dan teman bagiku. Seperti cerpen yang ku tulis dalam antologi LOVE NEVER DIES
;Aku selalu berharap setelah kelahiranku, aku hanya bertemu dan hanya
mencintaimu. Engkau adalah laki-laki sederhana yang mempunyai cinta dan budi
tak sederhana. Darinya aku ingin menjaga cinta ini seumur dan sepanjang nafasku. Jika suatu saat nafasku
berhenti di dunia. Aku akan meminta pada Tuhan, saat nafasku dikembalikan pada
dunia berikutnya, agar aku memiliki cinta ini untukmu dan berharap kau akan
memimilihku kembali menjadi kekasihmu.
Selamat Memperingati Moment Pernikahan ke-4 Suamiku, semoga keberkahan, keridhoaan Allah memenuhi hati dan perjalanan kita di dunia ini.
Wah-wah puitisnya Mbak Evi :) Gak kebayang gimana si Abang bahagia punya istri se-romantis Evi xixixixi :P
ReplyDeleteSelamat aniversarry ke-4 ya :) Sejuk dan damai penuh keharmonisan dalam membina rumah tangga :)
ihhhh masih aja mampir di sini hehe makasih mas. langgeng terus ya ngeblognya hee
DeleteNice post, things explained in details. Thank You.
ReplyDelete