Doc.Pribadi |
Pagi ini begitu cerah. Kulangkahkan kakiku menuju sekolah yang memberi kesempatan untukku berbagi ilmu dan belajar kembali. Di SMP Nurul Jadid sebuah sekolah yang memadukan sistem asrama dalam pesantren dan sekolah umum seperti biasa. Nurul Jadid adalah lembaga pendidikan informal pertama yang kumasuki sekitar tahun 2001 lalu. Hingga tahun 2013 kemudian takdir membawaku ke tempat ini. Berkisah masa lalu seperti bercerita yang tak ada ujungnya, sangat panjang hingga bercerita satu hari satu malam pun tak akan cukup.
Aku menjadi salah satu pengajar di sekolah ini dengan sistem tinggal di asrama guru, yang mana setiap guru yang sudah berkeluarga difasilitasi yayasan tempat tinggal dan tambahan pendapatan. Menuju kelas 9 E tidak butuh waktu lama, jika ku hitung langkah kaki pun tak menunjukkan hitungan 100. Kelas 9 E termasuk salah satu kelas terparah terkait dengan kehadiran siswa. Meski menggunakan sistem asrama yakni siswa tinggal di area pesantren, hal ini menjadi tantangan tersendiri untuk kami. Berbagai cara yang pengurus buat agar siswa masuk sekolah maka akan ada seribu cara agar siswa tidak masuk sekolah.
Assalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Kubuka kelas pagi dengan mendoakan keselamatan untuk anak didikku. Merekapun dengan kompak menjawab salam pagiku.
" Anak-anak sebelum melannjutkan pelajaran, Ibu ingin memeriksa catatan kalian. Silahkan dikumpul ke depan"
Satu demi satu ku koreksi catatan anak-anak, dan seperti biasa setiap kali akan menuju materi berikutnya ada saja anak-anak yang belum lengkap mencatat materinya.
"Bagi anak-anak yang catatannya belum lengkap harap meminjam buku temannya untuk di catat ke depan kelas"
Kejadian seperi ini selalu terjadi setiap pelajaran, meski sudah berulang kali diingatkan.Anak-anak mulai maju ke depan papan tulis, meski begitu ada Rudi yang masih berada di ujung ruang kelas.
"Rud, maju. Kalau tidak mau maju nanti nulis saja di luar!"
"Daripada nulis di luar, lebih baik aku tidak nulis" jawaban rudi yang tidak pernah ku sangka sebelumnya.
"O begitu, baiklah. Lebih baik Ibu yang tidak mengajar di kelas" jawaban akhirku menutup perjumpaan. Ku langkahkan kakiku yang mulai gontai. air mata di ujung kelopak mataku sudah berdesakan ingin keluar. Kupercepatkah langkahku menuju rumah. Sesampai rumah kutemukan suamiku yang memang tidak ada jam mengajar pada jam pertama.Air mata tak lagi mampu ku tahan. Ku tumpahkan semua gundah di atas pundak laki-laki yang mempersuntingku tiga tahun lalu itu. Dengan beribu pertanyaan, akankah aku bisa masuk kembali ke kelas 9 E ?
Benar menjadi guru harus mempunyai hati seluas samudera agar bisa menerima segala kemungkinan perbuatan siswa yang tidak mengenakkan. Nak,maafkan gurumu ini yang belum memiliki hati luas itu untuk mendampingi proses belajarmu. Tapi nak, ketahuilah cintailah ilmu sepanjang hidupmu. Bentuk dari cinta ilmu diantaranya rajinnya dirimu ke sekolah, dan semangatnya dirimu dalam menuntut ilmu, yang tak akan pernah habis kau gali seumur hidupmu.
0 komentar:
Post a Comment
Komentar apa aja deh yang penting nggak SPAM, sok kenal juga nggak apa, saya juga suka sok kenal ma blogger lainnya hehe
Terimakasih dan selamat datang kembali.