“ Kulo bade wangsul Bah, ngenjang kulo nderek nabuh hadroh teng ngantenane mbak Yuni” jawabku belepotan dengan menggunakan bahasa jawa halus.
“Jenengmu sopo?”
“Kulo Agus Setiawan , Bah” Jawabku terbata.
“Omahmu ngendi Setiawan?” dalam hati aku berjingkrak, untung Abah memanggil dengan sebutan Setiawan, bukan Agus, karena ada nama Agus Spesial selain aku. Belum sempat menjawab, Abah sudah bertanya lagi.
“Bapakmu kerjone opo?”
“ Bapak kulo namung teng Sabin, Bah” Jawabku singkat
”Sawahe ditanduri opo?”
Aku tidak langsung menjawab pertanyaan Abah, karena bingung apa bahasa kromonya padi, kepalang tanggung aku pun menjawab sekenanya.
“Dipun tanemi sabin, Bah”
Abah keheranan, dengan tertawa beliau menanggapiku.
“Sabin kok di tanduri sabin ki piye to?” kontan semua kang santri yang ada di situ tertawa tertahan. Aku pun salah tingkah, jika aku bisa menghilang pasti sudah kukeluarkan jurus itu.
“ Sawah kok ditanduri sawah. Sawah yo ditanduri pari opo polowijo” Abah masih menambahkan. Akupun tersenyum dipaksakan, tersenyum malu dengan bahasa sendiri.
Tidak lama setelahnya aku diminta Abah mendekat. Ternyata beliau meminta untuk memijit kaki beliau. Aku yang sudah biasa mijit bapak di rumah menganggap hal ini mudah, yang tak mudah adalah Abah yang harus aku pijitin. Tanganku yang biasa mijitin bapak langsung menuju lutut, kali ini pun sama, tanganku mengarah ke lutut Abah. Ternyata Abah pun kaget dengan gerakan pijetan ala-ala dukun pijat di kampung.
------------
Beberapa waktu yang lalu, terbitlah sebuah buku yang memuat kisah-kisah bersama Abah Najib Salimi. Kehadiran buku ini disambut dengan sangat baik oleh para pembaca,khususnya alumni santri PP. Al Luqmaniyyah Yogyakarta. Sebagai alumni yang tinggal begitu jauh dengan Luqmaniyyah tidak banyak yang bisa aku lakukan, maka saat aku diajak sebagai tim pembuatan buku ini aku iyakan saja,meski kemampuanku masih alakadarnya.
Proses pembuatan buku ini sangat mengesankan, penuh tuntutan harus menyelesaikan sekian cerpen dalam sekian hari. Kisah dalam buku ini ditulis dalam bentuk cerita pendek, diharapkan dengan bahasa yang santai, bisa menyampaikan pesan dengan mudah.
Lebih dari itu tak jarang para penulis berulang kali menangis tersedu. Mengenang kisah bersama Abah. Berharap apa yang kami lakukan akan membawa manfaat dikemudian hari.
Buku ini dibandrol dengan harga 50.000 dengan tebal buku 225 halaman. Terdiri dari 39 kisah dan 1 puisi yang melibatkan 18 penulis. Semua penulis dan narasumber merupakan santri Al Luqmaniyyah Yogyakarta. Diterbitkan oleh Elmatera Yogyakarta.
Akhirnya, terimakasih abah telah menyayangi kami sebanyak ini. Kata-kata terbaikku tak akan pernah melunasi segala kasihmu. Tak lupa terimakasih kepada seluruh tim dan seluruh keluarga besar Al Luqmaniyyah Yogyakarta hingga buku ini bisa hadir di tengah-tengah kita. Meski tak sempurna, semoga bemanfaat untuk kita semua
Keren. Semoga bukunya sukses secara materi dan menginspirasi pembaca. :)
ReplyDeleteAmin, makasih bang. lama ya nggak ketemu hehehe
DeleteSaya jadi pengen nih.
DeleteUntuk dapet ilmu yang terbungkus dalam buku itu dengan harga segitu tak jadi masalah ya, Teh. Karena ilmu yang di dapat bakal lebih dari uang itu. Aku penasaran sama isinya :)
ReplyDeleteIya Kang bener. Meski uang itu berarti, namun ilmu jauh lebih berrarti. Kalau penasaran boleh main kesini kang, nanti baca gratis hehehe
DeleteMantep nii ikutan bikin buku.. jadi kepikiran sesuatu (Y)
ReplyDeleteJadi kepikiran aoa mas/mbak? bukan kepikiran mantan kan? *eh*
DeleteAlhamdulillah, lama tak bersua, rupanya nambah profesi jadi penulis, sukeren pulak karya perdananya meneladani guru besarnya sendiri Abah Najib Salimi.
ReplyDeletesipmirkisip deh, salam sehat dan ceria selalu dan sukses tentunya
Hai mamang, kumaha damang? alhamdulillah ini bukan karya perdana mamang, lupa tepatnya keberapa. hehe iya mang, ngelayap kemana mana yang punya blog, haturnuhun mang, semoga sehat selalu.
DeleteKayak saya aja, bahasa jawanya kacau balau. Sabin sama saja artinya sawah. Maklumlah niatnya ingin bahasa alus justru yang ada asal ketemu :)
ReplyDeletehehehehe saya juga pernah mas, sok mau ngalus, e malah ngalusin diri sendiri hehe
Deletewaduh Maya pake bahasa Palembang aja yah, biar lengkap bhenika tinggal ika
ReplyDeletekeren atuh udah menghasilkan beberapa buku
selamat ya untuk bukunya