Antara Hatiku, Hatimu dan Hatinya

Ribuan samudra pemikiran manusia telah dicoba untuk diselami, meski tertatih-tatih, lunglai bahkan terhempas badai. Namun hanya ada satu jiwa yang mempunyai satu keyakinan bahwa problematika pada realita hidup pasti akan terselesaikan. Berkaca pada orang lain yang kerapkali membuatmu tak percaya pada dirimu sendiri, menghakimi diri tanpa henti yang pada endingnya kau akan tersakiti dengan sikapmu sendiri. Ya itu rasa sakit yang ditawarkan hatimu sendiri hingga dunia hanya sekedar mengikuti.
Banyak rubrik-rubrik cerita yang disuguhkan oleh Sastra Dunia, tentang cerita kita dan mereka, tentang cerita aku dan dia, atau kamu dan dirinya. Semua menyatu dalam runtut sejarah yang unik, yang sesekali kita menjadi pelaku sejarah itu sendiri. Kawan.....Pelaku Sejarah akan lebih banyak tau dengan sejarah itu sendiri dibanding degan orang yang hanya menjadi pengamat sejarah, jadi jangan pernah takut untuk mengatakan bahwa KEBENARAN sejarah perlu dikuatkan. Meski akan banyak sekali pendapat yang akan menggugatmu. Perbedaan adalah keniscayaan yang tak akan pernah hilang, hingga pada akhirnya kau menyadari perbedaan dari lawan berfikir menjadi bahan introspeksi diri yang paling indah pada saatnya nanti. Jangan salahkan dia saat kau terluka, namun ajaklah ia berbicara tentang sebuah realita. Jangan hujat dirinya saat kau terhina dengan kerunyaman yang kau buat sendiri, karena itu hanya akan membuatmu menyesal seorang diri. Kritik dengan bahasa terindah sekalipun tak akan pernah bisa diterima pada saat dimana kritik itu disampaikan, namun yakinlah suatu saat kau akan menyadari bahwa kritik atau saran yang membangun itu sangat berarti pada masanya nanti.
_Saya Dedikasikan Tulisan Ini Untuk Jiwamu dan Jiwaku, dimanapun Engkau berada tetaplah Gagah Berdiri dengan segala Kekuatan dan Keyakinan Diri, bersatu padu menyatukan hatinya, hatiku dan hatimu_
Yogyakarta, 23 April 2011, 11:01 WIB