Home » » Jalan Merah

Jalan Merah

Posted by Blog Amri Evianti on Thursday, 5 May 2016


Langkah kecilku menyusuri jalan merah, jalan yang entah sudah berapa lama tak terendus oleh banyaknya wakil rakyat di daerahku. Ada yang bilang, biarlah jalan itu tetap begitu, dengan begitu ia masih tampak asri dan alami. Di sisi lain para petani karet yang menghabiskan waktunya di perkebunan karet, perbaikilah jalan merah itu yang hampir menyerupai sungai darah kala hujan, dan bisa menjatuhkan siapapun yang jalan merah inginkan. Perjalan menuju perkebunan karet milik warga kebanyakan ditempuh menggunakan sepeda motor, ada yang menggunakan mobil bagi yang berduit. Jalan merah ini telah menjadi saksi para petani karet membawa hasil panennya, dengan harga satu tahun lalu begitu mencekik. Meski kini harga karet mulai merangkak, bukan soal harga berapanya, naik atau turunnya harga karet mereka tetap harus menguras keringat mencari rizki untuk keluarga.

Berbicara soal jalan merah ini, yang membelah perkebunan karet dan sawit milik warga. Ada banyak titik jalan yang teramat rusak. Salah satunya ada diarea perkebunan milik bapakku, tempo lalu ada dari pihak perangkat desa setempat yang meminta izin untuk dibuat parit, jika ada beberapa batang karet yang harus ditebang bagaimana.

“Silahkan saja pak, kalau untuk pelebaran jalan bisa ambil tanah seberang kanan dan kiri ambilah satu meter” ucap bapakku kala itu.

“tidak perlu ada ganti rugi” tambah bapak.


Tapi hari ini bapak dan emakku dikejutkan dengan alat berat yang sudah meratakan kebun kami sekitar 7 meter di bagian sisi jalan. Tentu saja hal ini tidak bisa kami terima, permintaan izin dan pelaksanaan sudah sangat jauh bedanya. 

Alasan mereka untuk kepentingan umum, ok silahkan saja mengatasnamakan kepentingan umum atau sosial lainnya. Tapi mengapa mereka semena-mena memakai tanah orang lain tanpa izin? Kesepakatan diawal tidak sebanyak ini. Bukan masalah apa-apa, tapi masalah etika hidup bermasyarakat, kita di bumi sama-sama mencari kehidupan di atas tanah merah ini. Bagaimana bisa, mengambil hak orang lain mengatasnamakan kepentingan umum, padahal sebenarnya jalan itu hanya diperuntukkan kemudahan mobil-mobil truk pengangkut sawit milik orang berduit tanah ini. 

Jalan merahku, tak selembut dan sehalus jalan depan rumahmu, tapi percayalah tempat seperti ini lebih kurindu dibanding dengan jalan-jalan bagus berlampu biru. Di atas jalan ini, tetesan darah dan keringat orang tua kami menyatu, menjalankan titah Tuhan sebagai khalifah di atas muka bumi ini. Melakukan dan berbuat yang terbaik sesuai titah masing-masing. Semoga Allah memberkahi segala langkah dan perjalanan ini.

Amri Evianti
Jambi-Indonesia


26 komentar:

  1. Mbak itu siapa ya mbak cantik bangetts :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. ihh kok gagal fokus ya? lagi cerita jalan merahnya tuh *hihihihi*

      Delete
    2. Ehh bukan gagal fokus mbak, tapi ini beneran saya nanya mbak .. hehehe

      Delete
    3. Itu gadis kecil emang canti luar biasa, saya aja jatuh cinta padanya setelah 1000x jatuh cinta sudah jatuh cinta lagi. Dia putri dari Guru saya, dijadikan model hahaha

      Delete
    4. Oo, kirain saya itu teh mbak waktu kecil, soalnya cantik banget mbak :D

      Delete
    5. Saya waktu kecil juga nggak kalah cantik dengan gadis kecil di atas hahaha*makan tanah merah *

      Delete
  2. Itu yang sedang ofroad mbak ?
    Hmm lintasannya keren juga kalau disana jalan merahnya sudah diganti dengan jalan biru mbak jadi gak ada lagi tempat yang bisa menghibur diri.

    ReplyDelete
    Replies
    1. hihi itu orang mau ke kebun hehe, saya mah pakai sajadah terbang haha. Kang saya bingung mau pro jalan merah saja atau diganti warna jalannya hehe

      Delete
    2. Haduh saya kira mau oproad toh eh malah ke kebun, tapi keren lo ke kebun saja naik mobil apalagi kalau ke wc mungkin naik pesawat ya.

      Delete
    3. hiahahaha sya mah jalan kaki kang ke kebun hihihihi, wahhh bandaranya jauh kang. asli

      Delete
  3. Jalan merah, bercampur keringat dan juga darah.! Hem... Itulah mbak para pemegang duit yang semena-mena mengatasnamakan kepentingan umum.!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaaaa, walau bagaimanapun di sini perbedaan suku masih sangat terasa. jadi semakin sengit saja hehe

      Delete
    2. Dimana mana seperti itu mbak, diderah saya juga.!

      Delete
  4. Untuk kepentingan umum seharusnya tidak menghilangkan hak warga yang harus mendapatkannya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju mamang, harusnya seperti itu. Bukan tidak mau berbagi atau semacamnya, tapi dengan cara yang brutal juga semakin tak enak saja. Terimakasih hadirnya mang

      Delete
  5. di aceh ada juga mbak jelan merah :D kampung tanah merah pun ada :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. mau dong kampung tanah merahnya di kupas? hehe

      Delete
  6. Sayang banget mba lokasi dan kawasan tidak disebutkan, apalagi setelah kita mendapatkan perilaku seperti itu dengan oknum yang sewena-wena, apadahalkan diberikannya hanya satu meter kiri kanan,

    Palging tidak bila bisa dikupas dari sisi yang agak tajam dengan melihat kepentingan untuk umum, kondisi jalannya tidak akan terlantar dalam proses pekerjaannya. Aplagi untuk kepala Desanya dan aparatnya pun masa tinggal diam dan duduk manis aja ? Banyak banget uang siluman di sana yang mengatas namakan untuk kepentingan rakyat, tapi sayang ada yng dikorbankan. Itu sih kalau menurut saya. he,, he, he,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Secara spesifik lokasi memang tidak saya sebutkan,Jalan merah ini jauh dari jangkauan wakil rakyat, dan sebenarnya jalan ini menghubungkan ke sebuah pemukiman warga juga pak. Kalupun dibangun jalan ini, karena akan diadakan pertambangan batu bara, bukan karena untuk memfasilitasi masyarakatnya. Terimakasih pak

      Delete
  7. Seperti Dibekasi mba tanahnya merah kalau hujan licin

    ReplyDelete
    Replies
    1. kirain di tempat saya aja pak yang modelnya kayak gini hehehe, licin kaya belut pak hehe

      Delete
  8. jangakan di desa daerah jambi mbak, di desa saya juga terjadi seperti itu. baru-baru ini ada proyek pengerukan tanah, yang mana tanah iti dibeli oleh salah satu konglomerat di kota. jalan rusak, dan becek. bayangkan sodara

    ReplyDelete
    Replies
    1. Memang di daerah mana kang? seperti komentar saya di atas, jalan ini kalaupun dibangun karena isunya akan diadakan pertambangan batu bara, bukan karena untuk memfasilitasi warganya. Tapi semoga warga tetap legowo, jangan sampai ingin pisah dari Indonesia hehehe

      Delete
  9. hmm...ingatanku jadi terbang ke kalimantan lagi..waktu mesti pindah-pindah tugas di pedalaman. Jalanannya...lebih parah dan sepi jika dibanding di Jambi. Jadi ingat bau pohon-pohon karet kalau malam hari...baunya menyengat.

    ReplyDelete
  10. Aku kira apa mbak,ehh taunya jalan merahnya becek. Hahaha

    ReplyDelete

Komentar apa aja deh yang penting nggak SPAM, sok kenal juga nggak apa, saya juga suka sok kenal ma blogger lainnya hehe
Terimakasih dan selamat datang kembali.

Banner IDwebhost

Translate

Blog Archive

.comment-content a {display: none;}