Langkah kecilku menyusuri jalan
merah, jalan yang entah sudah berapa lama tak terendus oleh banyaknya wakil
rakyat di daerahku. Ada yang bilang, biarlah jalan itu tetap begitu, dengan
begitu ia masih tampak asri dan alami. Di sisi lain para petani karet yang
menghabiskan waktunya di perkebunan karet, perbaikilah jalan merah itu yang hampir
menyerupai sungai darah kala hujan, dan bisa menjatuhkan siapapun yang jalan
merah inginkan. Perjalan menuju perkebunan karet milik warga kebanyakan
ditempuh menggunakan sepeda motor, ada yang menggunakan mobil bagi yang
berduit. Jalan merah ini telah menjadi saksi para petani karet membawa hasil
panennya, dengan harga satu tahun lalu begitu mencekik. Meski kini harga karet
mulai merangkak, bukan soal harga berapanya, naik atau turunnya harga karet
mereka tetap harus menguras keringat mencari rizki untuk keluarga.
Berbicara soal jalan merah ini,
yang membelah perkebunan karet dan sawit milik warga. Ada banyak titik jalan
yang teramat rusak. Salah satunya ada diarea perkebunan milik bapakku, tempo
lalu ada dari pihak perangkat desa setempat yang meminta izin untuk dibuat
parit, jika ada beberapa batang karet yang harus ditebang bagaimana.
“Silahkan saja pak, kalau untuk
pelebaran jalan bisa ambil tanah seberang kanan dan kiri ambilah satu meter”
ucap bapakku kala itu.
“tidak perlu ada ganti rugi”
tambah bapak.
Tapi hari ini bapak dan emakku
dikejutkan dengan alat berat yang sudah meratakan kebun kami sekitar 7 meter di
bagian sisi jalan. Tentu saja hal ini tidak bisa kami terima, permintaan izin
dan pelaksanaan sudah sangat jauh bedanya.
Alasan mereka untuk kepentingan
umum, ok silahkan saja mengatasnamakan kepentingan umum atau sosial lainnya.
Tapi mengapa mereka semena-mena memakai tanah orang lain tanpa izin? Kesepakatan
diawal tidak sebanyak ini. Bukan masalah apa-apa, tapi masalah etika hidup
bermasyarakat, kita di bumi sama-sama mencari kehidupan di atas tanah merah ini.
Bagaimana bisa, mengambil hak orang lain mengatasnamakan kepentingan umum,
padahal sebenarnya jalan itu hanya diperuntukkan kemudahan mobil-mobil truk
pengangkut sawit milik orang berduit tanah ini.
Jalan merahku, tak selembut dan sehalus jalan depan rumahmu, tapi percayalah tempat seperti ini lebih kurindu dibanding dengan jalan-jalan bagus berlampu biru. Di atas jalan ini, tetesan darah dan keringat orang tua kami menyatu, menjalankan titah Tuhan sebagai khalifah di atas muka bumi ini. Melakukan dan berbuat yang terbaik sesuai titah masing-masing. Semoga Allah memberkahi segala langkah dan perjalanan ini.
Amri Evianti
Jambi-Indonesia
Mbak itu siapa ya mbak cantik bangetts :)
ReplyDeleteihh kok gagal fokus ya? lagi cerita jalan merahnya tuh *hihihihi*
Deleteehem.. ehem..
DeleteEhh bukan gagal fokus mbak, tapi ini beneran saya nanya mbak .. hehehe
DeleteItu gadis kecil emang canti luar biasa, saya aja jatuh cinta padanya setelah 1000x jatuh cinta sudah jatuh cinta lagi. Dia putri dari Guru saya, dijadikan model hahaha
DeleteOo, kirain saya itu teh mbak waktu kecil, soalnya cantik banget mbak :D
DeleteSaya waktu kecil juga nggak kalah cantik dengan gadis kecil di atas hahaha*makan tanah merah *
DeleteItu yang sedang ofroad mbak ?
ReplyDeleteHmm lintasannya keren juga kalau disana jalan merahnya sudah diganti dengan jalan biru mbak jadi gak ada lagi tempat yang bisa menghibur diri.
hihi itu orang mau ke kebun hehe, saya mah pakai sajadah terbang haha. Kang saya bingung mau pro jalan merah saja atau diganti warna jalannya hehe
DeleteHaduh saya kira mau oproad toh eh malah ke kebun, tapi keren lo ke kebun saja naik mobil apalagi kalau ke wc mungkin naik pesawat ya.
Deletehiahahaha sya mah jalan kaki kang ke kebun hihihihi, wahhh bandaranya jauh kang. asli
DeleteJalan merah, bercampur keringat dan juga darah.! Hem... Itulah mbak para pemegang duit yang semena-mena mengatasnamakan kepentingan umum.!
ReplyDeleteIyaaaa, walau bagaimanapun di sini perbedaan suku masih sangat terasa. jadi semakin sengit saja hehe
DeleteDimana mana seperti itu mbak, diderah saya juga.!
DeleteUntuk kepentingan umum seharusnya tidak menghilangkan hak warga yang harus mendapatkannya.
ReplyDeleteSetuju mamang, harusnya seperti itu. Bukan tidak mau berbagi atau semacamnya, tapi dengan cara yang brutal juga semakin tak enak saja. Terimakasih hadirnya mang
Deletedi aceh ada juga mbak jelan merah :D kampung tanah merah pun ada :D
ReplyDeletemau dong kampung tanah merahnya di kupas? hehe
DeleteSayang banget mba lokasi dan kawasan tidak disebutkan, apalagi setelah kita mendapatkan perilaku seperti itu dengan oknum yang sewena-wena, apadahalkan diberikannya hanya satu meter kiri kanan,
ReplyDeletePalging tidak bila bisa dikupas dari sisi yang agak tajam dengan melihat kepentingan untuk umum, kondisi jalannya tidak akan terlantar dalam proses pekerjaannya. Aplagi untuk kepala Desanya dan aparatnya pun masa tinggal diam dan duduk manis aja ? Banyak banget uang siluman di sana yang mengatas namakan untuk kepentingan rakyat, tapi sayang ada yng dikorbankan. Itu sih kalau menurut saya. he,, he, he,
Secara spesifik lokasi memang tidak saya sebutkan,Jalan merah ini jauh dari jangkauan wakil rakyat, dan sebenarnya jalan ini menghubungkan ke sebuah pemukiman warga juga pak. Kalupun dibangun jalan ini, karena akan diadakan pertambangan batu bara, bukan karena untuk memfasilitasi masyarakatnya. Terimakasih pak
DeleteSeperti Dibekasi mba tanahnya merah kalau hujan licin
ReplyDeletekirain di tempat saya aja pak yang modelnya kayak gini hehehe, licin kaya belut pak hehe
Deletejangakan di desa daerah jambi mbak, di desa saya juga terjadi seperti itu. baru-baru ini ada proyek pengerukan tanah, yang mana tanah iti dibeli oleh salah satu konglomerat di kota. jalan rusak, dan becek. bayangkan sodara
ReplyDeleteMemang di daerah mana kang? seperti komentar saya di atas, jalan ini kalaupun dibangun karena isunya akan diadakan pertambangan batu bara, bukan karena untuk memfasilitasi warganya. Tapi semoga warga tetap legowo, jangan sampai ingin pisah dari Indonesia hehehe
Deletehmm...ingatanku jadi terbang ke kalimantan lagi..waktu mesti pindah-pindah tugas di pedalaman. Jalanannya...lebih parah dan sepi jika dibanding di Jambi. Jadi ingat bau pohon-pohon karet kalau malam hari...baunya menyengat.
ReplyDeleteAku kira apa mbak,ehh taunya jalan merahnya becek. Hahaha
ReplyDelete