Belajar itu harusnya menyenangkan, baik untuk guru maupun untuk siswa. Dengan hal itu diharapkan materi akan mudah diserap oleh siswa, lebih dari itu agar penanaman nilai kehidupan dan kepribadian dalam pembelajaran dapat tersampaikan dan terserap dengan baik. Banyaknya kasus memilukan dalam dunia pendidikan membuat kita harus semakin tersayat, betapa tugas kita sebagai pendidik maupun pendidik dalam pendidikan formal maupun pendidikan dalam keluarga semakin berat, perlu terus diupayakan dan ditingkatkan dalam hal penanaman moral. Contoh saja beberapa kasus yang terjadi, diantaranya: mahasiswa yang tega menghabisi nyawa dosennya, Mahasiswa membunuh rekannya, atau kasus Yuyun yang meregang nyawa karena perbuatan anak-anak yang beberapa masih berada di bangku sekolah.
Belajar menyenangkan merupakan salah satu cara dari ratusan cara guru dalam menyampaikan ilmu. Memang tidak bisa dipungkiri ada beberapa siswa yang terkadang menyulut emosi, hingga guru terkadang harus lebih bersikap tegas dan yang paling penting adalah kekerasan untuk saat ini tidak bisa dibenarkan atau dilakukan. Ya, karena guru mempunyai cara dan metode belajar masing-masing, dan saya sangat meyakini semua itu untuk kebaikan peserta didik.
Siswa yang mempunyai sikap negatif, seperti: sering membolos, suka berkelahi, tidak mau mengerjakan PR, hal tersebut mempunyai latar belakang yang berbeda antara satu dengan yang lain. Tugas guru adalah mencari tau mengapa siswa bisa melakukan hal tersebut. Dan yang saya temui di lapangan biasanya lebih kepada persoalan keluarga.
Dari itu pendidikan dalam lingkungan keluarga sangat penting untuk seorang anak, karena dari keluarga awal mereka mengenal nilai-nilai kehidupan dan lain sebagainya. Jadi sekali lagi, pendidikan tidak hanya tanggung jawab sekolah formal saja, tetapi pendidikan juga tanggung jawab kita semua sebagai masyarakat dan menjadi tanggung jawab keluarga. Seperti yang disampaikan Ki Hajar Dewantara bahwa Tri Pusat pendidikan itu ada pada Lingkungan Sekolah, Keluarga dan masyarakat.
Jika semua lingkungan pendidikan itu bisa berkolaborasi dengan baik, semoga bisa membawa perubahan yang baik juga untuk anak-anak masa depan bangsa. Jika ada pendidikan yang belum berhasil tidak hanya bisa menyalahkan pada salah satu pusat pendidikan saja.
Pendidikan jangan sampai menjadi tempat neraka bagi anak didik. Mau berangkat saja, perasaannya sudah dag dig dug. Kayak mau masuk kandang singa. Tugas guru memang berat dan harus mendapat dukungan dari keluarga ataupun instansi terkait.
ReplyDeleteSetuju kang, kalau mau berangkat saja sudah merasa mau masuk di kandang singa, bagaimana mau menyerap pembelajran dengan baik wong fokusnya ke Singa *eh* hehe
Deleteanak-anak lebih cenderung suka diajar guru yang humoris daripada yang statis apalagi yang killer....
ReplyDeletekalo yang kiler belum mengajar saja udah ada tekanan di muridnya (mungkin ini juga menjadi salah satu alasan murid membolos)... kalo yang statis terkadang sangat membosankan....
belajar menyenagkan itu memang lebih mudah diserap...
Iya saya juga suka diajar dengan guru yang humoris, bisa saja menjadi salah satu alasan siswa membolos karena gurunya menakutkan hehe
DeleteBu guru, acaranya seru banget tuh bu :D
ReplyDeletemau ikutan kah? ya kebetulan kami bebrapa waktu lalu menggunakan Kelas Alam, tepatnya di atas kayu besar yang telah tumbang.
DeletePengen sih bu tapi, lagi sibuk nih bu .. hehehe
DeleteItu tepatnya di daerah mana ya bu ?
betul, saya sepakat dengan isi tulisan ini. pendidikan bukan hanya tanggung jawab lembaga pendidikan, namun juga lingkungan, baik keluarga maupun masyarakat. dibutuhkan rasa tanggung jawab yang lebih untuk mengawal pendidikan ke arah yang lebih baik. harus ada kerjasama antar seluruh elemen masyarakat
ReplyDeleteIya kang, terkadang tidak banyak yang menyadari terutama dari pihak orang tua. kalu ada anaknya bermasalah, selalu saja menyalahkan lembaga tempat dia bersekolah, padahal bukan hanya itu yang dia fokuskan. ahhh namanya juga banyak orang hehe
Delete