Home » » Dua Sisi: Tukang Pencari Kayu Bakar

Dua Sisi: Tukang Pencari Kayu Bakar

Posted by Blog Amri Evianti on Sunday 19 May 2013



Sumber Gambar: m.kidnesia.com
Kawan, apakah kau tau arti dari hadir siang dan malam? Apa kau juga mengerti bagaimana Tuhan menciptakan hawa dan adam? Tuhan senantiasa menciptakan dua hal agar bisa dijadikan pelajaran untuk setiap makhlukNya.  Nah pada edisi kali ini aku akan menulis tentang DUA SISI yang berbeda dalam hidup, entah bahagia atau saat melalui masa sulit, yang nantinya Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu keenam.

Kalian pasti tahu bukan bahwa catatan seseorang akan membuat kita banyak belajar akan banyak hal tentang kehidupan.  Semua akan aku mulai dari cerita sosok anak desa dari pegunungan menoreh dari daerah kulon progo. Dia terlahir menjadi anak ke 3 dari lima bersaudara dari keluarga pas-pasan.  Menjadi anak laki-laki ia mulai menjalani sifat kepahlawanannya mulai dari bangku SD. Di usia sangat belianya ia mulai mencari kayu bakar untuk dijual. Semua dilakukan selepas sekolah SD. Mencari receh demi receh untuk dijadikan sekedar uang jajan.  

Detik terus menggilas waktu, tanpa ada kompromi yang melembutkan hati. Beningnya kali di ujung desa menjadikan ia terus percaya bahwa kebeningan hidupnya  akan tampak di kemudian hari, entah kapan. Menjadi tukang pencari kayu bakar tetap menjadi profesinya. Badan yang tidak begitu besar menjadikan ia semakin pantas saja menjadi tukang pencari kayu bakar. Hingga masa membuatnya ingin mengubah hidupnya saat ia duduk di kelas lima. Ia mendengar kakak sulungnya akan mengikuti transmigrasi di daerah Sumatra. Maka ia menghadapa emaknya untuk ikut kakaknya ke daerah Sumatra, dengan tangis darah maka alam mendukungnya untuk menuju tanah yang benar-benar tidak ia kenal. Hanya satu ia ingin kehidupannya sebening air sungai di ujung desanya. 

Hari yang telah ditentukan tiba, ia menenteng kain sarung sebagai tasnya untuk menuju tanah Sumatra, yang katanya memberi banyak ribuan kesejahteraan pada penghuninya. Ia percaya bahwa dunianya akan cerah atas pilihannya. Dia percaya bahwa dunia akan membawanya pada mimpi yang sangat indah.
-------------
Tanah Sumatra bersambut, rimbunnya pepohonan menyapanya dengan syahdu, semilirnya angin membuatnya semakin yakin bahwa di tanah ini ia akan benar-benar merubah nasibnya. Dengan berbekal raport sekolahnya yang sampai kelas 5 SD ia akan melanjutkan pendidikannya ke jenjang berikutnya. Di sekolah dasar tanah Sumatra inilah ia akan menjadi anak cerdas yang bisa membuat bangga keluarganya.
Kawan kau tau alam itu menghargai siapa saja yang mengasihinya, itu juga yang menjadi kepercayaan anak laki-laki yang bernama Marno itu. Di samping sekolah ia masih saja sangat akrab dengan alam sekitar, entah mencari kayu bakar atau sekadar mencari rumput untuk kambingnya.  Ia masih mencoba selalu bersahabat dengan alam yang mungkin saja bisa mengubah hidupnya, melalui apapun yang ia bisa. 

Alam terus berkembang melalui cara yang sangat luar biasa, begitu juga dengan Marno ia telah melaju pada titik aman pertama yakni lulus dari sekolah dasar. Namun ia tak bisa menuju titik aman berikutnya dengan melanjutkan sekolah tingkat SMP karena permasalahan ekonomi yang melilit. Ia lagi-lagi hanya menitikkan bulir-bulir beningnya dengan diam-diam, kata emaknya anak laki-laki itu tidak boleh cengeng. Dengan rasa yang entah bagaimana perihnya ia akan terus melanjutkan hidupnya.
Tiga Puluh Lima Tahun Kemudian

Waktu telah bergulir begitu lama kawan, kini anak laki-laki itu telah menjadi sosok ayah bagi ketiga anaknya. Ia telah mendapatkan kebeningan hidupnya, tentu dengan usaha yang begitu luar biasanya. Dari jadi tukang buruh memotong pohon karet hingga merantau ke negeri orang. Semua ia lakukan demi bisa memberikan kesejahteraan untuk anak-anaknya. Hingga kini kedua anaknya sudah menikmati jenjang pendidikan hingga perguruan tinggi, dan anak yang ketiga masih duduk dibangku SMP. Dan kini iapun sudaha mempunyai ladang karet sendiri, dan bisa membuka ruang pekerjaan untuk orang-orang yang membutuhkan. Menjadi tukang kayu bakar telah mengajarkan ia akan kekuatan dan ketabahan, menjadi sosok yang senantiasa arif meski kebeningan kini telah bersamanya,ini adalah sisi lain dari sekian kesulitannya dalam hidup.  semoga kebeningan senantiasa ada untuk anak cucunya dikemudian hari, tanpa melupakan bahwa dalam hidup kita akan senantiasa menemuia dua sisi yang benar-benar berbeda, entah sulit atau akhirnya menjadi sangat mudah, semua harus dilalui dengan kesempurnaan jiwa.


7 komentar:

  1. Salam untuk abuya.
    Barakallah lahu wa lijami'i ahlihi.
    Tulisan ini cukup menginspirasi.

    ReplyDelete
  2. berkat kera keras, ketabahan dan kegigihan akhirnya beliau bisa sukses..menginspirasi bgt mbak :)
    beliau telah melalui berbagai likaliku kehidupan

    ReplyDelete
  3. satu lagi kisah inspirasi yang dapat dipelajari disini. dari tukang pencari kayu bakar dengan ketabahan hingga pemilik ladang karet, sungguh menginspirasi mba, terima kasih

    ReplyDelete
  4. keteguhan dan kepercayaan membuat beliau tidak putus asa ya mbak, apakah itu abahnya mbak amri ?
    salam hormat saya pada beliau ya mbak

    ReplyDelete
  5. cerita pak Marno ini wajib di contoh, dengan kerja keras dan ketabahan, ndak cengen sehingga beliau menjadi sukses... mantap

    ReplyDelete
  6. segala sesuatu memiliki sisi baik dan buruknya, seperti halnya dua sisi

    ReplyDelete

Komentar apa aja deh yang penting nggak SPAM, sok kenal juga nggak apa, saya juga suka sok kenal ma blogger lainnya hehe
Terimakasih dan selamat datang kembali.

Banner IDwebhost

Translate

Blog Archive

.comment-content a {display: none;}