Home » » Hitam

Hitam

Posted by Blog Amri Evianti on Sunday, 7 April 2013


Sumber Gambar:

Mentari mulai menyapa, mengajak semua jiwa untuk tersenyum gembira karenanya. Tujuh bulan sudah aku menapakkan kaki di tanah karet ini, tanah subur dengan ribuan hektar ladang karet terhampar di kampungku.  Pagi ini gemericik air sungai, kicauan burung jalak semakin menambah asrinya kampung ini. Perlahan aku mulai menggenjot sepeda tuaku *anggap aja sepeda tua, biar agak dramatis, padahal aku pakai motor  hehe* ke arah ujung desa tetangga untuk berbagi ilmu pada anak-anak karet di sana. Ya, tepatnya di Sekolah Menengah Pertama swasta aku mencoba berbagi pada dunia. Berbagi sedikit apa yang kupunya, di sanalah aku dengan semangatnya mencoba membesarkan hati  anak-anak supaya tidak menjadi rendah diri hanya karena sekolah di daerah yang masih jauh dikatakan maju. Di bawah atap sekolah bangsa ini, aku mencoba memantapkan hati bahwa pilihanku untuk berada di dunia pendidikan memang pilihan paling kuidamkan jauh sebelum aku duduk dibangku sekolah dasar sekalipun, entah mengapa kala itu aku hanya ingin menjadi Guru tak ada pilihan lain.
Sumber Gambar:www.radarbangka.co.id
Hingga puluhan waktu bergulir aku akhirnya memang dinobatkan sebagai Guru oleh alam semesta, aku mulai mengabdikan apa yang bisa aku abdikan pada bangsa ini. Aku bukan PNS dan tak pernah berfikir aku bisa menyandang gelar itu. Bukan apa-apa saat ini aku lebih mengikuti arus hidupku di dunia pendidikan tanpa terlalu repot-repot merogoh kocek hingga puluhan juta rupiah hanya sekedar menjadi guru kontrak daerah. Asal kalian tau jika menjadi guru kontrak saja harus dengan puluhan juta maka jika akan jadi PNS harus dengan ratusan juta. Ini bukan masalah mampu atau tidak, tapi masalah ujian hati siapa yang paling menang. Ya, hatilah yang akhirnya berbicara akan hal itu, hingga aku memilih untuk belajar membuka usaha di rumah dengan tidak menggantungkan rizkiku pada dunia pendidikan. Itu tidak berarti aku mengikrarkan bahwa hatiku telah menang, Tidak. Sekali lagi tidak. Aku hanya ingin menyampaikan bahwa di antara ribuan hutan karet ini masih ada banyak rizki yang lebih halal dibanding dengan melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan.
Jika sebelumnya aku selalu membanggakan kampungku dengan sekian keindahan di dalamnya, maka pernyataanku kali ini bukan berarti aku tak melihat keindahan lagi di sana. Aku tetap melihatnya dengan caraku sendiri, biarlah kekurangan tanah yang kini kupijak menjadi sebuah pelajaran berharga bagi siapapun yang mau membacanya sebagai pelajaran penting tentang kehidupan. Keindahan itu tetap akan bersinar dengan riuhnya anak karet yang menuntut ilmu di sepetak tanah pendidikan negeri ini. Tanpa rasa takut mereka selalu menyambutku dengan menjabat tangan dan mengangkat tanganku menuju kening mereka, sebagai wujud bahwa mereka siap menerima ilmu dariku, meski aku juga banyak belajar pada mereka. Hingga yang membuat aku benar-benar semakin betah di tanah ini, saat mereka mendekatiku.
“Bu, boleh jujur nggak” tanya salah satu siswi di kelas delapan B
“Ya, ada apa?” aku mencoba menaggapinya.
“ Tapi, Ibu jangan marah ya” pintanya lagi, membuatku semakin aku tidak sabar.Aku mengangguk dan mencoba menggulirkan senyuman padanya.
“Maaf Lho bu, Ibu pakai bedak apa si? Sekarang kok agak Hitam” huaaaaa ternyata dia tanya itu
Serta merta aku meraba wajahku, sambil berargumen yang tak tau kebenarannya hahaha
“Tau nggak anak-anak, kalau air di sumatra itu buat kulit jadi hitam. Ditambah lagi dengan cuaca sumatra yang jauh lebih panas di banding jawa” kataku bersemangat sambil menatap peserta didikku yang mengerumuniku.
“ Iya juga mungkin bu, cuaca di sini panas banget. Dulu waktu Ibu pertama kali datang kesini, wahhh putihnya udah kaya cat tembok” hahaha
Wahhh kok jadi gurunya yang jadi bahan diskusi. Aku hanya tertawa renyah, sambil melangsungkan orasiku” Meski agak hitam, tapi tetap maniskan?”
“Wuuuuuuu”
Semua berteriak tanda setuju* ehh setuju apa malah menolak ya*
Ya, meski air sumatra telah sedikit merubahku menjadi kurang putih *hahahha* tapi tak sedikitpun aku tersiksa di sini, ditambah lagi ada siswa yang  bersalaman denganku tapi juga meminta mencium pipi kanan dan kiriku* duuhhh ni murid beda banget ma zaman aku sekolah* tapi tenang itu hanya satu orang, itupun perempuan bukan laki-laki *bisa kasus* kalau laki-laki. Setiap kali bertemu denganku dia memanggilku dengan sebutan BUNDA, dan menjabat tanganku serta menempelkan pipi gembilnya ke pipiku, aku sempat kaget. Tapi tetap aku biarkan adegan itu terjadi, apalagi dia memang sudah lama ditinggal meninggal ibu kandungnya. Aku hanya tersenyum sendiri jika mengingat kisahku bersama anak-anak di sini. Menginspirasi peserta didik tidak serta-merta dibatasi ruang dan waktu saja, kapanpun dan dimanapun semoga tetap bisa menginspirasi. Akan sangat tidak arif jika kita hanya berpedoman memberi inspirasi itu hanya dengan kata-kata, terkadang sikap kita pada peserta didik itulah yang membuat mereka merasa dekat dengan kita dan bisa menjadikan guru bukan sekedar sosok yang galak dan tak bisa digapai, tapi mereka bisa menemui dan bersama gurunya kapanpun, hingga saat mereka terpisah kenangan indah akan tersemat anggun dihati mereka masing-masing. 
Sumber Gambar:
Di atas hitam-putihnya kampungku masih ada pelangi yang senantiasa berseri untuk memberikan keyakinan, bahwa hidup itu berwarna. Jika dulu aku pernah putih maka sekarang sedikit hitam tak masalah, karena itu memang kehidupan yang harus aku terima* hahahah kok jadi menderita begini* Sekian




44 komentar:

  1. yess...kebagian pertama. hoyeeee

    ReplyDelete
    Replies
    1. hiaaaa Mbak Indah...Pertamax murah di sini kalau buat mbak Indah mah hihihi

      Delete
    2. ya ndak papa lah. meski hitam yg penting tetep hitam. hahaha
      salut deh .....berani menempuh resiko yg begitu dahsyat. saya pun belum tentu berani. karena apa? ya itu tadi, takut hitam. hahahah.
      Menyayangi dan memberikan pendidikan di tempat yg jauh dari dunia "ramai" lebih mulia, meskipun salah satu murid nya mengatakan jika "agak hitam" hahahah
      yang penting semangat, insya Allah akan barokah. jangan pedulikan angan2 Ttg PNS jika harus mengeluarkan Jutaan rupiah. meski dikit yg penting halal. Saya yakin akan terasa nikmat meski harus berhitam-hitam ria. hahahah

      Delete
    3. hahahahah kayanya harus pake helm kemana-mana nih*disangka alien* hahah..geh mbak untuk msalah PNS..tidak terobsesi.....meski hitam tapi halal *kan udah dapat tips cantik dans ehat dari mbk Indah *nyempung sungai* hahaa

      Delete
  2. Replies
    1. hihihi kaya' lagi puasa ya ngabuburit...nggak jaim tapi kan??kwkwkw

      Delete
  3. Wah, selain ngeblogging, rupanya sudah menjadi seorang guru juga ya..
    Sebuah profesi yang sangat mulia..
    Mau donk jadi muridnya..hehe..

    Menurut saya, tidak perlu terlalu fokus melihat apa yang bisa kita dapatkan tapi lebih kepada apa yang bisa kita berikan..

    Jika kita sudah bisa memberikan yang terbaik untuk orang" di sekitar kita, pasti dengan sendirinya kita akan menjadi lebih bernilai bak intan pemata & itu merupakan kebahagiaan tersendiri dalam menempuh hitam putihnya kehidupan (dari putih menjadi hitam) hihi..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wahhh saya bingung kalau bapak jadi murid saya *heheheh* nggak kebayang deh hihihi
      Iya pak terimakasih atas opininya, saya sepakat tentang apa yang bisa kita berikan untuk orang yang ada di sekitar kita...akan menjadi intan pertama meski sebenarnya hitam juga hehee

      Delete
  4. "Bu... bagi dong bedak hitamnya" ucap salah seorang siswi bule yang duduk disudut kelas :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. heheheh yakin pingin bedak hitam? nggak perlu bedakan mandi pake air sumatra setahun aja bakalan item kok kamunya *hiks* thanks fadly sudah hadir

      Delete
  5. Hitam2 buah manggis, biar hitam tapi manis (.̮)‎​​♓éђё(.̮)‎​​♓éђё.. Happy blogging mbak..

    ReplyDelete
    Replies
    1. malam-malam meluk guling,
      Yukk sama-sama happy blogging.
      Terimakasih telah berkunjung

      Delete
  6. menjadi guru itu mulia.tp jgn pernah menganggap guru itu pekerjaan.ktika guru menjadi pekerjaan artinya ilmu telah diperjualbelikan.#soknasehatin :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. setuju atau sepakat.....alhamdulillah saya menjadi guru karena saya mencintai nama itu mungkin sejak sebelum saya terlahir *lebay hehehe

      Delete
  7. hitam gak selalu hitam, putih gak selalu putih

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehe asal ada warnanya aja...meski itu abu2 hehehe...Hi Isnan gimana kabar..lama tak bersua

      Delete
  8. Selamat mengabdi mbak :)
    Berteman dengan pelangi, akan selalu terasa indah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya terimakasih :)
      Hmmm semoga seindah harimu disana.Terimakasih telah berkunjung

      Delete
  9. kapan panen karet? minta donk ....

    ReplyDelete
    Replies
    1. seminggu skali panen karet mbak...kapan2 main ya..kita panen karet, panen karret namanya nanting hehehe

      Delete
  10. “Tau nggak anak-anak, kalau air di sumatra itu buat kulit jadi hitam. Ditambah lagi dengan cuaca sumatra yang jauh lebih panas di banding jawa”

    <- ini alibi banget, mengkambing hitamkan cuaca :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener mbak, emang dari sononya udah legam.
      hahahah

      Delete
    2. Mbak USwah : hiahahiaihaih ini beneran mbakk,,,nggak percaya??mbak ke sumatra dulu deh satu bulan aja...hihi nanti tambah item, apalgi bedakan kopi bubuk*upsss hehe
      Mbak Indah: wahhh mbak indah...aku udah coba pkatekkan tips canti dan sehat dari mbak indah lhoo..tapi kok jadinya malah item gini ya haha

      Delete
  11. tuh kan tulisannya enak dibaca, kalau aku yang nulis pasti morat marit, hehe
    gambaran tentang desa, tentang idealisme, tentang kehidupan, bener2 asri dalam ruang hidupnya.
    yang mbaca lho seolah2 ikut merasakan keasrian alam sumatra. *ini komen serius

    jangan rendah diri dengan hitamnya wajah karena hitamnya wajah tak sehitam aspal curah :) *ini komen slengek an, hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. setuju dengan koment mas Agus, cerita awal ada sebuah pemandangan hutan karet yang asri, di tengah ada gambaran pendidikan, di akhir, hitam...siapa takut...ekk
      oh iy, PR-ku sudah selesai bu guru..wkk, terima kasih awardnya mba

      Delete
    2. Mas Agus Setya: haiii mas Agus kemana aja baru kelihatan hehehe. tanggapan komentar serius: mohon doanya semoga bisa maju jadi Gubernur*ehhh kok malah bercanda ya *hiaaat
      komentar slengek an: hiahiahiaihia tennang karena Mas Agus lebih hitam katanya *hhhihi *Peace

      Delete
    3. Buret: hahah ya hitam siapa takut, karenanya temannya juga banyak hihiih....wahhh terimakasih telah diterima dan kunjungannya hehe

      Delete
    4. ndak paapa hitam yang penting anake nggak hitam kayak bapake, hihiiihi
      lho dari tadi sudah gelar kardus disini, cuman deretan paling belakang, gak kelihatan ya..

      Delete
    5. hahahah iya mas Agus...kemarin2 kokk bolak balik berkunjung ke blog Mas Agus..masih kosng mlompong hehehe....ni pakai tiker aja mas dari pada pake kardus kakka

      Delete
    6. makasih tikernya mbak amri :) hehe
      iya sabtu minggu kemarin lagi pulang ke desa dan senin langsung tancap gas kembali, jangan lupa tulisan balik award nya sudah publish

      Delete
  12. kalau udah baca postingan disini nyeeees adem... seperti minum air habis makan permen.... setuju dengan koment mas agus tulisan dan bahasanya "ENTEP SEUREUH" apa itu entep seureuh , ya tinggal tanya aja ke orang sunda yang ada dikampung Karet heheheh

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehe kok banyak ya yang pada setuju ma Mas Agus..hahah mamang gimana kabar.lama tak jumpa hehe...wahh nggak tau mang ENTEP SEUREUH artinya apa....cari kamus sunda berjalan nih hehehhe

      Delete
    2. Alhamdulillah baik.... heheheh cuma lagi sibuk jemur padi ....

      Delete
  13. salam kenal mbk.., folbek ya.., makasih *smile

    ReplyDelete
    Replies
    1. SALAM KENAL, ya nanti saya akan Follback...ditunggu ya

      Delete
  14. sepanas itukah???
    bekasi aja udah puanas kaya begini (tiap hari udah kaya mau meleleh) apalagi disana ya...

    uwaaaahhhh sudah jadi guru, hebat ...
    dulu pernah disuruh masuk sekolah guru tapi ga mau. coz jadi guru itu susah(ga ada pekrjaan yg gampang) apalagi kalo anak-anaknya bader-bader kaya anak-anak kelas Qu waktu smp dan sma, kalo aQunya sih ga coz kan orangnya baik hati dan tidak sombong hehehehe...
    tetep semangka (semangat kaka ^0^) hehehehe...

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahahah meski panas disini masih ada hutan karet yangsenantiasa memberi kesejukan...heh mau pesan pohon karet??heheh
      hahaha jadi guru itu awet muda lho...hihii doanya ya kaka.terimakasih tlah hadir

      Delete
  15. Mana ya, kuk gak kelihatan hitamnya,cuma bercanda kali murid2nya, hihihi :)

    ReplyDelete
  16. Saya mencintai Hitam sedalam-dalamnya.

    ReplyDelete
  17. guru diibaratkan seperti ibu kedua yang mengajarkan berbagai macam hal yang baru dan sebagai fasilitator anak supaya dapat belajar, tetap semangat, biar hitam sedikit tapi memberikan manfaat yang banyak , salam sukses, hidup indonesia, kalau bukan kita siapa lagi

    ReplyDelete
  18. hidup memang seperti demikian, hitam dan putih, percaya bahwa pelagi adalah sebuah pencerahan, dan rizki adalah sesuatu yang bukan membuat kita beralasan lemah atau tidak berdaya.

    ReplyDelete
  19. wah, pengakuan ju2r dari tenaga pendidik, nih! tapi, salut sama keteguhan hatinya.

    memang sekarang banyak yg ingin menjadi guru karena ngejar status pns. karena itulah, di mataku, guru bukan lagi pahlawan tanpa tanda jasa.

    Salam

    ReplyDelete

Komentar apa aja deh yang penting nggak SPAM, sok kenal juga nggak apa, saya juga suka sok kenal ma blogger lainnya hehe
Terimakasih dan selamat datang kembali.

Banner IDwebhost

Translate

Blog Archive

.comment-content a {display: none;}