Hai kawan... bagaimana
ceritamu hari ini? Bagaimana juga tentang perasaanmu saat ini? Semoga masih ada
cerita dibalik sibuknya harimu atau bahkan saat kau merasa sendiri. Pada edisi
kali ini aku membuat sebuah catatan yang pada nantinya tulisan ini
diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu
kedua. Minggu pertama nggak ikutan karena baru tau info lomba ini kemarin.
Kawan, sebenarnya banyak hal yang
ingin ku gali tentang tanah sumatra ini. Tanah yang dulu sama sekali tak pernah
kubanggakan, tanah yang dulu hanya kuanggap sebagai tanah tumpangan, karena aku
bukan orang asli tanah ini atau bisa dikatakan aku keturunan suku jawa. Namun
semua menjadi berbeda saat aku habiskan waktuku di semenanjung hutan karet
kampungku, saat masa kecilku mencari kayu bakar dari pohon karet juga bersama
teman-teman sebayaku. Memanjat pohon jambu di pinggir sungai, hingga saat jambu
jatuh ke air kami akan berjuang berenang mencari jambu itu hingga kami harus
basah kuyup.
Jika ada yang mengatakan padaku aku
tak mencintai tanah Jambi ini, itu tak benar. Aku mencintai segala
isinya, segala kesederhanaanya, segala kekurangannya tanpa syarat akupun
menjadi sangat terpesona dengan alam yang sangat biasa bagi kebanyakan orang. Saat
lainnya berpagarkan terali besi maka kampung kami berpagarkan batang bambu yang
sudah didesign berbagai macam rupa. Saat sebagian lain penduduk negeri ini
berpakaian rapi ala pemuda korea, maka warga kami hanya mengenakan pakaian
sederhananya yang sudah mulai usang dimakan waktu dihiasi bercak hitam getah
karet di bajunya.
Ya, pada hutan karet inilah harapan
para petani karet tertanam.Saat fajar shodiq benar-benar sudah datang, saat
adzan mulai bersahutan satu sama lain, saat kening usai bersujud memohon segala
asa pada Tuhan, semua serasa dikomando untuk segera ke ladang karetnya
masing-masing untuk melakukan kewajibannya sebagai khalifah di bumi ini,
menunaikan pekerjaan terbaiknya untuk keluarga dan Negaranya. Ya, untuk
negaranya, bukankah dari hasil petani karet itu, Negara mendapatkan jutaan
penghasilan darinya. Meski terkadang harga jual karet tidak mampu membayar
segala rasa lelahnya bukankah bangsa ini turut mencicipi hasilnya? Maka warga
kami telah berbagi sebaik-baiknya pada bangsanya dengan penuh rasa cinta yang
setinggi-tingginya. Maka jika kalian ingin tau kampung paling rajin dan tanpa
pengangguran adalah kampungku, karena di sini tak ada satu wargapun yang tidak
bekerja di kebun karet baik itu milik sendiri atau sekedar buruh. Bukankah
bekerja tidak harus di ruang serba rapi? Bukankah bekerja tidak harus memakai
jas dan celana panjang atau rok terbaiknya, bukankah lapangan pekerjaan tidak
hanya di Ibukota saja. Maka tanah ini telah menyumbangkan lapangan pekerjaan
bagi warganya. Menikmati hasil bumi dengan usaha yang setinggi-tingginya, bukan
seperti sebagian manusia yang hanya ingin menikmati tanpa mau berusaha terlebih
dahulu.
Akhirnya, jika kalian ingin belajar akan arti kerja keras
dan ketekunan maka mari belajar bersama petani karet saat mereka menanamkan
harapnya pada batang demi batang pohon karet. Maka jika kalian juga ingin
belajar akan arti kesabaran, sekali-kali ikutlah denganku untuk
mengunjungi hutan karet dikampungku,
melihat saat awan hitam pekat mulai menari-nari di permukaan langit padahal
getah karet belum sepenuhnya beku dan dapat dipastikan akan hancur jika hujan
melanda. Kawan, pada tanah karet inilah kami taburkan ribuan mimpi tanpa batas,
kami taburkan untaian doa tanpa jeda. Menjadi pribadi-pribadi yang selalu yakin
bahwa mencintai Indonesia bisa dilakukan dengan mencintai daerah masing-masing,
layaknya aku mencintai tanah karet ini dengan sepenuh jiwa.
#Postingan ini diikutsertakan dalam #8MingguNgeblog Bersama Anging Mammiri Putaran Minggu ke 2
#Postingan ini diikutsertakan dalam #8MingguNgeblog Bersama Anging Mammiri Putaran Minggu ke 2
nyesss ...pertama
ReplyDeleteMbok kisanya diselingi ketika cinta monyet..kan makin menirik dan HOT.
DeleteApa mungkin pas naik pohon jamu sama pacarnya yah...hadeehhhh.....
hahahhaha....monyetnya belum lahir mbak *ehhh hehehe...kapan-kpan deh mbak cerita tentang cinta monyetnya *ya kalau punya* kwkwkw udah dapat berapa liter pertamaxnya mbak
Deletemnrt cerita di atas berarti bukan asli orang jambi toh....
Deletebenul mbak Indah,,saya keturunan jawa..tapi terlahir di Sumatra.....hihihihihiih main sini mbak
Deletelahir disumatra kultur di keluarga masih jawa?
Deletemasih dong....hehehe..kulo ugi saged sakedik2 bahasa jawi kwkwkw
Deletenimbrung kesini ah...
Deletekedua masih anget.
ReplyDeleteCeritanya bagus,alurnya juga runtut, layak dijadikan buku nih. Tiap baca cerita blog ini mesti terbawa untuk membayangkan keadaan di jambi.
anget banget mas agus hehe..ku bolak balik menunggu mas agus update artikell..entah kereta apa apa kereta-keretaan hehe.
DeleteWahh makaaish mas Agus atas supportny.pingin buat buku..duhh tapi semangatnya mau disalurin ngeblog dulu hehee...
Meski tidak bisa ke Jambi raganya tapi hatinya semoga bisa merasakannya *uhuuuuii* hehe
uwaaw...nah itu salah satu kunci suksesnya mbak amri nulis ya tho
Deleteheheheh iya mas Agus..kuncinya nulis kwkkw msak lari haha
Deletelari sambil ngetik kayak orang kebelet ke kamar mandi, heheheheh
Deletenimbrung komen yang kedua.... memang top tulisannya mbak amri
Deletemelalui blogger jambi kotareyog.com ti2p salam buat angingmammiri.org
ReplyDeletewehh kok jambi kotareyog??? hehehhe kampung karet aja dehh,,,wahh kenal to sama grup blogger itu???
DeleteMaaf ya mbak, telat nih mampirnya, kebetulan memang lagi ada kesibukan sedikit..hehe..
ReplyDeleteSebuah tanah karet yang sangat bersahaja & masih menebar pesona kesederhanaan dari orang" yang hidup di dalamnya..
Setuju sekali mbak..
Bekerja memang tidak hanya bisa di lakukan di kota" besar saja, tidak hanya dengan kemeja & dasi, tidak hanya di gedung" tinggi, tidak juga harus dengan mesin/peralatan canggih, tapi bekerja bisa kita lakukan dimana saja tanpa harus melihat pangkat,jabatan maupun perangkat,karena sebaik"nya pekerjaan adalah yang di kerjakan dengan niat yang tulus & ikhlas untuk membahagiakan orang" tercinta/keluarga.
Salut buat pekerja" ditanah karet yang tidak pernah mengeluh dengan keadaaan & telah membantu membangun tanah ini dengan kerja keras mereka hingga tanah ini bisa menghasilkan devisa dari karet" terbaik hasil tangan" mereka..
Ikut support & mendoakan semoga artikel ini bisa jadi yang terbaik karena memang pantas jadi yang terbaik..(menurut saya)
Go fight..
Keep t'spirit..
Good lucks..!!
setiap kali membaca komentar bapak sepertinya saya sedang membaca rangkaian kata motivasi...terimakasih pak atas doa dan supportnya dalam setiap kegiatan lomba saya hehehe...terimakasih telah menjadi juri saya juga heheh...juara satu ya pak
Deletelomba lagi... numpuk dah nih kirimannya.. :D
ReplyDeletekiriman apa nih hehe..fakta tentang blog ini haha belum pernah menang kontes blog hehee
Deletemaap mamang telat.... setelah baca postingan ini ihhh mamang jadi pengen main ke Jambi sambil jualan caping hehehhe
ReplyDeleteihh nggak apa mang hehe..nggak disetrap kok kwkkww..ah sukanya mmang mau main ke jambi..harga berapaan sih capingny kok kayanya suka baget promosinya kwkwkw
Deletejualan kapal selamg sekalian mang
Deleteheheheh harganya gratis yang penting mbak memakai caping buatan negri kita hahahahah....
Deletemas agus... kapal selamnya belum jadi belum ada statsiunnya plus relnya hehehhe
Pantun dadakan..
ReplyDeletedr jawa ke sumatera..
ala bisa karena biasa..,
dlu asing skrg betah..,
aku cinta Kampung Karet *smile
heheheh smile hebat dehh..pantunnya harusnya bersajak Ab AB kan??? ini kok? hehe
Deletesmile juga
Deletenamanya jg dadakan.., kita beri nama aja pantun bebas.. *smile
DeleteBatanghari airnya tenang
DeleteSungguhpun tenang deras ke tepi
Anak Jambi jangan dikenang
Kalo dikenang merusak hati
terbayang melulu.... kepikiran terus heheheheh
RF: heheheh oklah pantung bebas]
Deleteehh mang yono...kok punya pantun itu>>> hayoo ngambil dari mana kwkwk
saya ingin pantung yang menarik dong http://jhamalsinjai.blogspot.com/.
ReplyDeleteMadura, Hadir!
ReplyDelete